Kamis, 18 Juli 2013

Ciri Gaya Belajar Anak Visual, Kinestetik, Auditori

Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menyerap ilmu pelajaran.  Gaya belajar yang dimiliki anak akan menentukan seberapa besar anak menyerap materi yang disampaikan oleh sang pengajar.  Kesamaan metode dalam penyampaian materi dengan gaya belajar anak akan lebih memaksimalkan dalam penyerapan dan pemahaman anak. Karena secara tidak langsung gaya belajar guru dan gaya belajar anak akan memiliki pola yang sama.

Setidaknya ada tiga macam gaya belajar anak.  Gaya belajar tersebut antara lain yaitu gaya belajar kinestetik, gaya belajar auditori dan gaya belajar visual.  Metode gaya belajar yang sama antara guru dan murid akan memungkinkan anak dapat menangkap materi yang disampaikan oleh para guru.  Akan tetapi apabila ada perbedaan gaya belajar maka akan membuat sinyal belajar tidak sama sehingga akan mengakibatkan materi pelajaran akan sulit dicerna dan diingat oleh anak.


Cara terbaik dalam menghadapi gaya belajar anak yang berbeda-beda maka langkah yang bisa diambil adalah dengan mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut.  Oleh karena itu diperlukan kemampuan dan kerja keras guru yang ekstra apabila menginginkan materi pembelajaran cepat diserap oleh semua para peserta didiknya.  Pengetahuan akan gaya belajar anak memungkinkan para guru menemukan konsep yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

Untuk memahami gaya belajar anak maka berikut ini adalah ciri-ciri gaya belajar anak baik itu gaya belajar visual, kinestetik dan gaya belajar auditori.

Beberapa ciri gaya belajar anak:

1. Ciri gaya belajar Visual

a. Anak akan berusaha untuk melihat muka gurunya yang sedang menyampaikan materi.
b. Anak tidak suka untuk menjadi terdepan dalam berbicara dan anak cenderung tidak suka untuk mendengarkan penjelasan orang lain.
c. Anak tidak cepat dalam memahami pembelajaran yang disampaikan secara lisan
d. Anak dapat berdiam diri dan tetap konsentrasi manakala lingkungannya banyak keributan dan ramai.
e. Ketika anak kesusahan dalam menyampaikan sesuatu maka anak akan menggunakan  gerakan tubuh untuk membantu dalam penyampaian.
f. Mementingkan penampilan
g. Anak akan mudah mengingat apa yang dibacanya dan anak suka dengan membaca.

2. Ciri gaya belajar Auditori

a. Anak lebih suka dengan pembelajaran dengan metode diskusi dan anak akan mampu untuk mengingat pelajaran yang disampaikan secara lisan.
b. Anak auditori lebih senang banyak bicara dan fasih dalam menyampaikan.
c. Anak akan mudah mengingat lirik lagu ataupun jingle iklan yang ia dengar dan dapat mengikutinya secara lengkap.
d. Anak tidak pandai dalam membuat karangan maupun menulis.
e. Anak bukan pembaca yang baik sehingga anak akan mengalami kesulitan untuk mengingat apa yang telah dibacanya dan anak biasanya akan mengeraskan bacaannya
f. Anak tidak suka melihat hal-hal baru disekitarnya seperti anak baru, papan pengumuman sekolah dan lain-lain.
g. Anak suka berbicara sendiri
h. Anak sulit berkonsentrasi ketika berada di tempat yang bising dan penuh keributan.

3. Ciri gaya belajar kinestetik

a. Anak tidak akan bisa berdiam diri dan cenderung lebih menyukai gerak
b. Tangannya selalu aktif
c. Anak kinestetik akan memiliki koordinasi tubuh yang cukup baik
d. Anak kinestetik cenderung lebih sulit untuk memahami dan mempelajari yang sifatnya abstrak.  Misalnya mengenai simbol matematika, melihat peta, rumus kimia dan lain-lain.
e. Anak lebih suka menyentuh dan memegang benda yang dijumpainya.
f. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika sedang membaca.
g. Suka mengekspresikan dengan gerakan

Dengan mengetahui gaya belajar setiap anak maka kita akan bisa bersikap lebih luwes dan fleksibel.  Sikap keras dan galak kepada anak bisa sedini mungkin untuk dihindari karena tiap anak memiliki cara belajar tersendiri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pemilihan strategi yang baik dalam penyampaian materi akan menjadikan anak lebih mudah mengerti dan mengingat apa yang kita sampaikan.  Harapannya adalah anak akan menyukai materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Tidak ada komentar: